Saturday, December 26, 2015

Tunas Bangsa Merekah di Negeri Samurai

Jika anda termasuk orang yang suka usil semasa muda dengan membongkar-bongkar radio atau sejenisnya, nampaknya anda cocok menjadi seorang ilmuwan. Hal itu seperti yang banyak diungkapkan oleh para penemu, baik dari tingkat SMP, SMU bahkan hingga seorang profesor. Termasuk juga Dr. Khoirul Anwar, penemu sekaligus pemilik atas dua hak paten yang merupakan cikal bakal teknologi 4G.

Hak paten pertama beliau adalah pengurangan daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Lazimnya, pengurangan daya transmisi akan mengakibatkan penurunan kecepatan pengiriman data, tapi Dr. Khoirul Anwar mematahkan asumsi tadi. Beliau beserta timnya mampu menurunkan daya transmisi hingga seratus ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan.

Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi dalam pengiriman data, beliau membuat sebuah terobosan baru dengan menghilangkan Guard Interval (GI). Suatu hal yang menurut teman-temannya sangat mustahil dilakukan. Hal itu karena tanpa interval atau jarak frekuensi akan bertabrakan tak karuan. Kondisi itu bisa digambarkan dengan suatu kelas yang orang-orang di dalamnya bicara kencang secara bersamaan. Sebagai gantinya, beliau memanfaatkan turbo equalizer  yang membatasi interfensi sehingga receiver bisa menerima sinyal tanpa distorsi. Ini adalah penemuan lain beliau yang telah dipatenkan dan mendapat penghargaan dari ilmuwan dunia.

Selain kedua paten tadi, beliau juga telah mempublikasikan 60 tulisan ilmiah internasional –baik dalam jurnal ataupun konferensi– yang telah ia bawakan di –hampir– 50 negara di dunia. 10 penghargaan juga telah berhasil ia kantongi dalam karir hidupnya. Diantaranya adalah penghargaan Best Academic Contributions in Japan dari Konsulat Jenderal RI Osaka pada tahun 2007 sebagai hasil dari paten pertamanya. Penghargaan lainnya adalah Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE) 3rd Best Student Paper in Radio and Wireless Symposium 2006 (RWS2006), California, USA, January 2006 yang ia peroleh dari paten ke dua. Di Indonesia sendiri, beliau dinobatkan sebagai salah satu dari 10 Tokoh Penemu Nasional Versi Majalah Tempo. Penghargaan lain yang diterimanya dari Indonesia diberikan oleh Indoseian Diaspora dalam kategori Award for Innovation pada acara Congress of Indonesian Diaspora di Los Angeles tahun 2012.

Terlepas dari sederet penghargaan beliau, ternyata Dr. Khoirul Anwar juga telah menulis 4 buah buku bersama kerabat lainnya. Dua diantaranya berbahasa Indonesia, sedangkan dua lainnya berbahasa Inggris. Bahkan bukunya yang ditulis bersama Sri Yayu dengan judul La Tahzan for Students telah menjadi best seller.

Gemilang langkahnya ini mungkin tak akan pernah tercapai jika Khoirul kecil tidak bereksperimen seputar teknik pembalseman ala Firaun. Objek percobaannya saat itu adalah burung kesayangannya yang telah mati. Sayangnya, eksperimen pertama dia gagal total, burung kesayangannya tidak bisa awet layaknya mumi-mumi Mesir. Hanya saja, kegagalan itu malah menggelitik dia untuk improvisasi diri.

Sudijarto, ayah Khoirul yang meninggal di usia muda tidak membuat Khoirul kecil putus asa. Hal itu malah semakin mengasah otak kecilnya untuk berkreasi. Ketika anak lainnya hanya memasang muka muram saat disuruh menimba sumur, Khoirul kecil menjadikannya ladang untuk berkreasi. Dia berhasil membuat sebuah pompa bertenaga sepeda dengan melepas ban sepedanya dan menggantinya dengan tali timba. Cara kerjanya simpel, jika ingin menimba air, cukup kayuh sepeda.

Khoirul kecil tumbuh diasuh oleh ibunya, Siti Patmi, seorang petani yang tidak memiliki riwayat pendidikan apapun. Didera kemiskinan bukan merupakan pertanda akan keterpurukan, Khoirul tetap bekerja keras untuk mengangkat taraf hidupnya. Hal itu ia buktikan dengan melanjutkan studi tanpa membebani orang tuanya perkara biaya. Sejak SD hingga kuliah ia selalu berprestasi dan mendapatkan beasiswa.

Saat duduk di bangku kuliah, ia mulai tertarik pada bidang telekomunikasi. Ia kemudian masuk ITB dan menyelesaikan S1nya dalam kurun waktu 4 tahun dengan gelar Cum Laude. Gelar yang disandangnya saat menyelesaikan kuilah bukan hanya Cum Laude, dia juga berhasil lulus dengan predikat Best Graduate Student, October 2000.

Sebelum ia bisa melanjutkan studinya di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) ia bekerja terlebih dahulu di PT. Astra Graphia Information Technology selama 2 tahun. Dari sanalah ia menjadi salah satu dari lima orang penerima Panasonic Scholarship dan meneruskan pendidikannya di Jepang.

Dalam jenjang studi magisternya, dia kerap menemukan hal-hal baru dalam kurun kurang dari dua bulan sekali yang kemudian ia presentasikan dalam sebuah seminar. Itu semua berasal dari kegigihannya dalam menuntut ilmu. Beliau menuturkan bahwa selagi menunggu kereta, di dalam kendaraan, bahkan ke tempat belanja ia selalu membawa jurnal-jurnal ilmiah untuk dibaca. Berkat kerja kerasnya, Khoirul mampu menyelsaikan studi yang seharusnya dua tahun menjadi satu setengah tahun, bahkan ia tercatat sebagai salah satu wisudawan terbaik pada bulan Maret, 2005.

Pria pengagum Einstein dan Thomas Alfa Edison ini mendapat beasiswa S3 berkat prestasinya di jenjang Magister. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya masih pada kampus yang sama, NAIST. Pada Maret 2008, Khoirul lagi-lagi berhasil menorehkan namanya dalam sejarah. Ia berhasil menyelesaikan program doktoralnya dan tercatat sebagai salah satu mahasiswa terbaik. Beberapa bab dari disertasi doktornya yang berjudul “Peak Power Reduction for Multicarrier Systems in Satelite and Radio Communications” itulah yang kini menjadi hak paten dia.

Sejak lulus doktor, bapak empat anak ini langsung direkrut oleh perguruan tinggi negeri Jepang sebagai asisten profesor pada Information Theory and Signal Processing Lab, School of Information ScienceI, NAIST. Sebelumnya ia berniat kembali ke ITB, sayangnya respon ITB lamban sehingga institut Jepang lebih dahulu mengambilnya. Setelah kontraknya di NAIST selesai dalam dua tahun, ia dilamar oleh Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) sebagai asisten profesor hingga kini.

Selain aktif di bidang akademis, ia juga aktif berorganisasi, bahkan ia termasuk salah satu deklarator Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia (I-4) di Den Hag. Baginya berorganisasi itu sangat penting karena dapat meningkatkan kreatifitas berpikir. Dia mengibaratakan orang yang tidah aktif dan hanya diam ibarat jus yang tidak diadul, akan kental dan tidak segar. Maka dari itu, untuk menjaga rasa serta kesegarannya, jus harus selalu diaduk. Begitu pula manusia, mereka yang selalu aktif akan menjadi kreatif.

Dibalik seluruh prestasinya, siapa sangka pria penggemar Rasulullah ini adalah seorang takmir masjid semasa SMA. Bahkan hingga kini ia kerap diundang untuk memberi tausiah, khususnya saat bulan suci Ramadhan. Ia juga sudah sering menjadi khatib Idul Fitri ataupun Idul Adha di Jepang. Ketika Khoirul ditanya tentang motivasi untuk berprestasi, dia menjawab bahwa dirinya memang ingin berdakwah di Jepang dengan cara tersebut. Orang-orang Jepang yang pintar dan cerdas biasanya hanya mau mendengar nasehat dari orang yang lebih hebat dari mereka.


*Dipublikasikan pada buletin La Tansa IKPM Kairo
September 2012

No comments:

Post a Comment