Jika anda termasuk orang yang suka
usil semasa muda dengan membongkar-bongkar radio atau sejenisnya, nampaknya
anda cocok menjadi seorang ilmuwan. Hal itu seperti yang banyak diungkapkan
oleh para penemu, baik dari tingkat SMP, SMU bahkan hingga seorang profesor.
Termasuk juga Dr. Khoirul Anwar, penemu sekaligus pemilik atas dua hak paten yang
merupakan cikal bakal teknologi 4G.
Hak paten pertama beliau adalah
pengurangan daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing.
Lazimnya, pengurangan daya transmisi akan mengakibatkan penurunan kecepatan
pengiriman data, tapi Dr. Khoirul Anwar mematahkan asumsi tadi. Beliau beserta
timnya mampu menurunkan daya transmisi hingga seratus ribu kali lebih kecil
dari yang diperlukan.
Untuk mencapai kecepatan yang lebih
tinggi dalam pengiriman data, beliau membuat sebuah terobosan baru dengan
menghilangkan Guard Interval (GI). Suatu hal yang menurut teman-temannya sangat
mustahil dilakukan. Hal itu karena tanpa interval atau jarak frekuensi
akan bertabrakan tak karuan. Kondisi itu bisa digambarkan dengan suatu kelas
yang orang-orang di dalamnya bicara kencang secara bersamaan. Sebagai gantinya,
beliau memanfaatkan turbo equalizer
yang membatasi interfensi sehingga receiver bisa menerima sinyal
tanpa distorsi. Ini adalah penemuan lain beliau yang telah dipatenkan dan
mendapat penghargaan dari ilmuwan dunia.
Selain kedua paten tadi, beliau juga
telah mempublikasikan 60 tulisan ilmiah internasional –baik dalam jurnal ataupun
konferensi– yang telah ia bawakan di –hampir– 50 negara di dunia. 10
penghargaan juga telah berhasil ia kantongi dalam karir hidupnya. Diantaranya
adalah penghargaan Best Academic Contributions in Japan dari Konsulat
Jenderal RI Osaka pada tahun 2007 sebagai hasil dari paten pertamanya. Penghargaan
lainnya adalah Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE) 3rd
Best Student Paper in Radio and Wireless Symposium 2006 (RWS2006), California,
USA, January 2006 yang ia peroleh dari paten ke dua. Di Indonesia sendiri,
beliau dinobatkan sebagai salah satu dari 10 Tokoh Penemu Nasional Versi
Majalah Tempo. Penghargaan lain yang diterimanya dari Indonesia diberikan oleh
Indoseian Diaspora dalam kategori Award for Innovation pada acara Congress of
Indonesian Diaspora di Los Angeles tahun 2012.
Terlepas dari sederet penghargaan
beliau, ternyata Dr. Khoirul Anwar juga telah menulis 4 buah buku bersama
kerabat lainnya. Dua diantaranya berbahasa Indonesia, sedangkan dua lainnya
berbahasa Inggris. Bahkan bukunya yang ditulis bersama Sri Yayu dengan judul La
Tahzan for Students telah menjadi best seller.
Gemilang langkahnya ini mungkin tak
akan pernah tercapai jika Khoirul kecil tidak bereksperimen seputar teknik
pembalseman ala Firaun. Objek percobaannya saat itu adalah burung kesayangannya
yang telah mati. Sayangnya, eksperimen pertama dia gagal total, burung
kesayangannya tidak bisa awet layaknya mumi-mumi Mesir. Hanya saja, kegagalan
itu malah menggelitik dia untuk improvisasi diri.
Sudijarto, ayah Khoirul yang
meninggal di usia muda tidak membuat Khoirul kecil putus asa. Hal itu malah
semakin mengasah otak kecilnya untuk berkreasi. Ketika anak lainnya hanya
memasang muka muram saat disuruh menimba sumur, Khoirul kecil menjadikannya
ladang untuk berkreasi. Dia berhasil membuat sebuah pompa bertenaga sepeda
dengan melepas ban sepedanya dan menggantinya dengan tali timba. Cara kerjanya
simpel, jika ingin menimba air, cukup kayuh sepeda.
Khoirul kecil tumbuh diasuh oleh
ibunya, Siti Patmi, seorang petani yang tidak memiliki riwayat pendidikan
apapun. Didera kemiskinan bukan merupakan pertanda akan keterpurukan, Khoirul
tetap bekerja keras untuk mengangkat taraf hidupnya. Hal itu ia buktikan dengan
melanjutkan studi tanpa membebani orang tuanya perkara biaya. Sejak SD hingga
kuliah ia selalu berprestasi dan mendapatkan beasiswa.
Saat duduk di bangku kuliah, ia mulai
tertarik pada bidang telekomunikasi. Ia kemudian masuk ITB dan menyelesaikan
S1nya dalam kurun waktu 4 tahun dengan gelar Cum Laude. Gelar yang disandangnya
saat menyelesaikan kuilah bukan hanya Cum Laude, dia juga berhasil lulus dengan
predikat Best Graduate Student, October 2000.
Sebelum ia bisa melanjutkan studinya
di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) ia bekerja terlebih dahulu
di PT. Astra Graphia Information Technology selama 2 tahun. Dari sanalah ia
menjadi salah satu dari lima orang penerima Panasonic Scholarship dan
meneruskan pendidikannya di Jepang.
Dalam jenjang studi magisternya, dia kerap
menemukan hal-hal baru dalam kurun kurang dari dua bulan sekali yang kemudian
ia presentasikan dalam sebuah seminar. Itu semua berasal dari kegigihannya
dalam menuntut ilmu. Beliau menuturkan bahwa selagi menunggu kereta, di dalam
kendaraan, bahkan ke tempat belanja ia selalu membawa jurnal-jurnal ilmiah
untuk dibaca. Berkat kerja kerasnya, Khoirul mampu menyelsaikan studi yang
seharusnya dua tahun menjadi satu setengah tahun, bahkan ia tercatat sebagai
salah satu wisudawan terbaik pada bulan Maret, 2005.
Pria pengagum Einstein dan Thomas
Alfa Edison ini mendapat beasiswa S3 berkat prestasinya di jenjang Magister. Ia
kemudian melanjutkan studi doktoralnya masih pada kampus yang sama, NAIST. Pada
Maret 2008, Khoirul lagi-lagi berhasil menorehkan namanya dalam sejarah. Ia
berhasil menyelesaikan program doktoralnya dan tercatat sebagai salah satu
mahasiswa terbaik. Beberapa bab dari disertasi doktornya yang berjudul “Peak
Power Reduction for Multicarrier Systems in Satelite and Radio Communications”
itulah yang kini menjadi hak paten dia.
Sejak lulus doktor, bapak empat anak
ini langsung direkrut oleh perguruan tinggi negeri Jepang sebagai asisten
profesor pada Information Theory and Signal Processing Lab, School of
Information ScienceI, NAIST. Sebelumnya ia berniat kembali ke ITB,
sayangnya respon ITB lamban sehingga institut Jepang lebih dahulu mengambilnya.
Setelah kontraknya di NAIST selesai dalam dua tahun, ia dilamar oleh Japan
Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) sebagai asisten profesor
hingga kini.
Selain aktif di bidang akademis, ia
juga aktif berorganisasi, bahkan ia termasuk salah satu deklarator Ikatan
Ilmuwan Internasional Indonesia (I-4) di Den Hag. Baginya berorganisasi itu
sangat penting karena dapat meningkatkan kreatifitas berpikir. Dia
mengibaratakan orang yang tidah aktif dan hanya diam ibarat jus yang tidak
diadul, akan kental dan tidak segar. Maka dari itu, untuk menjaga rasa serta
kesegarannya, jus harus selalu diaduk. Begitu pula manusia, mereka yang selalu
aktif akan menjadi kreatif.
Dibalik seluruh prestasinya, siapa
sangka pria penggemar Rasulullah ini adalah seorang takmir masjid semasa SMA. Bahkan
hingga kini ia kerap diundang untuk memberi tausiah, khususnya saat bulan suci
Ramadhan. Ia juga sudah sering menjadi khatib Idul Fitri ataupun Idul Adha di
Jepang. Ketika Khoirul ditanya tentang motivasi untuk berprestasi, dia menjawab
bahwa dirinya memang ingin berdakwah di Jepang dengan cara tersebut.
Orang-orang Jepang yang pintar dan cerdas biasanya hanya mau mendengar nasehat
dari orang yang lebih hebat dari mereka.
*Dipublikasikan pada buletin La Tansa IKPM Kairo
September 2012
No comments:
Post a Comment