Sunday, December 27, 2015

Fenomena Jihad dan Radikalisme Timur Tengah

                Pagi itu dua Menara Kembar yang berdiri kokoh di New York City nampak biasa-biasa saja. Sejumlah kegiatan finansial yang berjalan di dalamnya juga tidak mengalami kendala apapun selain persoalan yang memang sudah menjadi santapan orang yang berkecimpung di dalamnya. WTC yang merupakan kepanjangan dari World Trade Center itu terletak di jantung pusat distrik finansial dari Amerika. Tentunya sangat tepat jika beberapa orang mengklaim bahwa ia merupakan salah satu ikon Amerika di bidang perdagangan.

                Tapi nahas, saat matahari mulai naik sepenggalan pada 11 September 2001, dua pesawat yang telah dibajak berhasil menghantam sang Menara Kembar nan kokoh tersebut. Peristiwa yang lebih mudah dikenal dengan 9/11 (serangan 11 September) seakan menjadi momok yang berujung penuduhan umat Islam sebagai pelaku teroris. Dari sana dunia Islam lebih dikenal dengan sikapnya yang radikal. Selain dari peristiwa tadi, asumsi tersebut terbentuk dari adanya organisasi-organisasi dalam tubuh Islam yang dianggap berhalauan kiri.

                Organisasi Islam  di Timur Tengah memang tidak sedikit, tapi malah kebanyakan dari organisasi tersebut dicap sebagai pengusung radikalisme di muka bumi. Pertumbuhannya yang kian deras dan terus menjamur mulai merambah negara-negara yang penduduknya mayoritas memeluk Islam seperti negara-negara di Asia Tenggara. Tak ayal jika apa yang kita temukan di tanah air kita merupakan cerminan atau mungkin secuil kisah dari apa yang ada di Timur Tengah.

                Jika kita sedikit melirik pada kejadian-kejadian bom bunuh diri, tentunya kita juga menyadari bahwa hal senada banyak terjadi di luar tanah air. Sebut saja peristiwa yang terjadi di Pakistan, sebuah bom bunuh diri yang menewaskan puluhan orang dan mengakibatkan puluhan lainnya luka-luka. Bom tersebut selain diduga ditujukan kepada para milisi anti taliban, beberapa oknum juga mengatakan bahwa ada dugaan bahwa bom ini ada hubungannya erat dengan tertangkapnya pembesar al-Qaeda.

                Berbicara tentang al-Qaeda maka setidaknya kita akan mendapatkan kalangan yang menyatakan bahwa dia adalah dalang di balik penyerangan 9/11. Hal ini secara tidak lansung menimbulkan stereotip negatif bagi orang awam. Memang dalam ideologinya al-Qaeda banyak menjunjung pemikiran Sayyid Quthb tentang konsep Daulah Islamiyah. Sayyid Quthb dalam bukunya yang terkenal Ma’âlim fî at-Thorîq menawarkan sebuah Konsep Daulah Islamiyah yang merupakan transformasi dari syariah Islamiyah yang ditegakkan. Beliau berpendapat bahwa umat Islam saat ini kembali ke masa Jahiliah karena tidak bisa menegakkan Syariah Islamiyah sebagai mana seharusnya.

                Hidup Sayyid Qutb berakhir di tiang gantungan setelah sebelumnya sempat merasakan 15 tahun berada di balik jeruji besi. Menurut beberapa pihak, pemenjaraan Sayyid Qutb diakibatkan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Jamal Abdul Naser. Sedangkan hukum gantung dijatuhkan akibat tuduhan bahwa dia berusaha menggulingkan rezim Jamal Abdul Naser, penguasa tertinggi Mesir saat itu. Tapi dengan perjalanan hidupnya yang seperti itu beliau masih bisa menerbitkan karya monumental. Diantara karyang yang menakjubkan adalah Tafsîr fî Dzilâli-l-Qur`an dan sebuah buku lain berjudul Ma’âlim fî at-Thorîq yang merubah kebanyakan dari arah pemikiran Umat Islam.

                Sama halnya dengan Abul A’la al-Maududi, seorang Ulama berkebangsaan Hindia ini juga menjunjug konsep sebuah negara Islam. Orang yang pernah menangani 5 media jurnalistik pada usianya yang dini ini, adalah pencetus berdirinya organisasi Islam bernama Jama’ah Islamiah (JI) di Lahor Pakistan pada tahun 1940an. Gerakan yang memang bertujukan mendirikan khilafah islamiyah  ini oleh beberapa kalangan juga telah dicap sebagai dalang terorisme di berbagai tempat, tidak luput diantaranya adalah Indonesia.

Entah ada hubungannya atau tidak, tempat lahirnya al-Qaeda dan JI yaitu Afghanistan dan Pakistan memiliki rating yang cukup tinggi untuk kriminal bertemakan radikalisme. Rantaian peristiwa bom bunuh diri ataupun pembakaran gedung seakan menjadi tidak asing lagi. Sebut saja bom yang meledak di distrik Dora (Baghdad) yang menewaskan setidaknya 12 orang dan membuat 26 lainnya luka-luka. Ataupun yang terjadi di Islamabad, sebuah bom diri di gedung wisma tamu anggota parlemen provinsi Punjab, Pakistan Tengah. Bom itu menewaskan 20 orang dan 50 lainnya cedera. Masih di Pakistan, salah satu anggota parlemen juga sempat mendapat serangan roket dari gerilyawan dan ditambah lagi serangan bom bunuh diri di kerumunan orang yang saat itu sedang mengadakan penyambutan salah seorang pemimpin partai di sana.

                Berpindah ke negara lain, Irak yang tidak jauh berseberangan dari Pakistan maupun Afghanistan juga sedang gencar dalam penangkapan para teroris. Tahun 2010 kemarin 8 tersangka teroris berhasil diamankan, ditambah lagi Pasukan Keamanan Irak juga berhasil menyita sebuah gudang senjata di salah satu provinsi di Irak.

                Terlepas dari segala tuduhan yang memojokkan Islam sebagai sumber keradikalan, di India juga terjadi aksi bom yang diindikasikan dalang utamanya adalah Mossad (Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim atau Institut Intelijen dan Operasi Khusus). Menurut pihak kepolisian dan kementrian India, Mossad yang merupakan dinas rahasia Israel diduga kuat menjadi dalang di balik peristiwa meledaknya 3 bom di Mumbai, India.

Mossad juga diduga bertanggung jawab atas sejumlah operasi intelijen di dunia, khususnya yang terjadi pada seputar konflik di Timur Tengah. Operasi Mossad yang paling terkenal adalah ‘False Flag’, sejenis operasi rahasia untuk menipu publik sedemikian rupa sehingga operasi tersebut muncul seakan-akan dilakukan oleh bangsa atau kelompok lain. Pada intinya ‘False Flag’ menciptakan opini umum bahwa tagetnyalah yang melakukan hal-hal tersebut. Konsep ini bisa dibilang sejenis adu domba antar bangsa.

                Tidak berbeda dengan Somalia, corak radikalisme di negri ini juga bisa dirasakan. Salah satu contonhnya penembakan terhadap dua masjid yang berujung tewasnya 6 orang dan mencederai puluhan orang lainnya. Aksi pembunuhan dengan bom jarak jauh kepada salah seorang pejabat tinggi yang juga merupakan sufi moderat Somalia juga terjadi di sini. Lain dari pada itu, di Somalia juga ada organisasi bernama al-Shabaab yang (menurut publik) diklaim sejalan dengan al-Qaeda dalam ideologi dan pergerakan.

                Sekarang mari kita bersama mencoba menarik sebuah benang merah yang menjadi kesimpulan dari beberapa contoh fenomena di atas. Indonesia sekarang memang dipenuhi dengan berbagai tindak kriminal berindikasikan terorisme yang merupakan bagian dari radikalisme. Tentunya itu membentuk sebuah stereotip negatif terhadap  citra bangsa kita. Berbagai media massa pun seakan turut mengaimini dan mengukuhkan citra bangsa ini sebagai salah satu momok dari radikalisme, tetapi acuh terhadap kekacauan yang sebenarnya juga terjadi di berbagai belahan negara lain.

                Seharusnya kita coba menelisik peranan berbagai pihak yang berusaha memojokkan Indonesia sebagai ikon radikalisme pada khususnya dan negara-negara Islam pada umumnya. Tidak luput juga tentang keberadaan jaringan-jaringan khusus yang memang berniat mengobok-obok dunia Islam seperti Mossad sebagai contohnya. Maka dari itu kita harus menyaring segala berita yang kita terima.

*Ditulis pada Oktober 2011

                

No comments:

Post a Comment