Pagi itu dua Menara Kembar yang berdiri kokoh di New
York City nampak biasa-biasa saja. Sejumlah kegiatan finansial yang berjalan di
dalamnya juga tidak mengalami kendala apapun selain persoalan yang memang sudah menjadi
santapan orang yang berkecimpung di dalamnya. WTC yang merupakan kepanjangan dari World
Trade Center itu terletak di jantung pusat distrik finansial dari Amerika.
Tentunya sangat tepat jika beberapa orang mengklaim bahwa ia merupakan salah
satu ikon Amerika di bidang perdagangan.
Tapi nahas, saat matahari mulai naik sepenggalan pada 11 September 2001, dua pesawat yang
telah dibajak berhasil menghantam sang Menara Kembar nan kokoh tersebut.
Peristiwa yang lebih mudah dikenal dengan 9/11 (serangan 11 September) seakan menjadi momok
yang berujung penuduhan umat Islam sebagai pelaku teroris. Dari sana dunia
Islam lebih dikenal dengan sikapnya yang radikal. Selain dari peristiwa tadi,
asumsi tersebut terbentuk dari adanya organisasi-organisasi dalam tubuh Islam yang dianggap berhalauan
kiri.
Organisasi Islam di Timur Tengah memang tidak sedikit, tapi
malah kebanyakan dari organisasi tersebut dicap sebagai pengusung radikalisme
di muka bumi. Pertumbuhannya yang kian deras dan terus menjamur mulai merambah
negara-negara yang penduduknya mayoritas memeluk Islam seperti negara-negara di
Asia Tenggara. Tak ayal jika apa yang kita temukan di tanah air kita merupakan
cerminan atau mungkin secuil kisah dari apa yang ada di Timur Tengah.
Jika kita sedikit melirik pada kejadian-kejadian bom
bunuh diri, tentunya kita juga menyadari bahwa hal senada banyak terjadi di
luar tanah air. Sebut saja peristiwa yang terjadi di Pakistan, sebuah bom bunuh
diri yang menewaskan puluhan orang dan mengakibatkan puluhan lainnya luka-luka.
Bom tersebut selain diduga ditujukan kepada para milisi anti taliban, beberapa
oknum juga mengatakan bahwa ada dugaan bahwa bom ini ada hubungannya erat
dengan tertangkapnya pembesar al-Qaeda.
Berbicara tentang al-Qaeda maka
setidaknya kita akan mendapatkan kalangan yang menyatakan bahwa dia adalah
dalang di balik penyerangan 9/11. Hal ini secara tidak lansung menimbulkan stereotip negatif bagi orang
awam. Memang dalam ideologinya al-Qaeda banyak menjunjung pemikiran Sayyid
Quthb tentang konsep Daulah Islamiyah. Sayyid Quthb dalam bukunya yang terkenal
Ma’âlim fî at-Thorîq menawarkan sebuah Konsep Daulah Islamiyah yang
merupakan transformasi dari syariah Islamiyah yang ditegakkan. Beliau
berpendapat bahwa umat Islam saat ini kembali ke masa Jahiliah karena tidak
bisa menegakkan Syariah Islamiyah sebagai mana seharusnya.
Hidup Sayyid Qutb berakhir di tiang gantungan
setelah sebelumnya sempat merasakan 15 tahun berada di balik jeruji besi.
Menurut beberapa pihak, pemenjaraan Sayyid Qutb diakibatkan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Jamal Abdul
Naser. Sedangkan hukum gantung dijatuhkan akibat tuduhan bahwa dia berusaha
menggulingkan rezim Jamal Abdul Naser, penguasa tertinggi Mesir saat itu. Tapi
dengan perjalanan hidupnya yang seperti itu beliau masih bisa menerbitkan karya
monumental. Diantara karyang yang menakjubkan adalah Tafsîr fî
Dzilâli-l-Qur`an dan sebuah buku lain berjudul Ma’âlim fî at-Thorîq yang
merubah kebanyakan dari arah pemikiran Umat Islam.
Sama halnya dengan Abul A’la al-Maududi, seorang
Ulama berkebangsaan Hindia ini juga menjunjug konsep sebuah negara Islam. Orang
yang pernah menangani 5 media jurnalistik pada usianya yang dini ini, adalah
pencetus berdirinya organisasi Islam bernama Jama’ah Islamiah (JI) di Lahor
Pakistan pada tahun 1940an.
Gerakan yang memang bertujukan mendirikan khilafah islamiyah ini oleh beberapa kalangan juga telah dicap
sebagai dalang terorisme di berbagai tempat, tidak luput diantaranya adalah
Indonesia.
Entah
ada hubungannya atau tidak, tempat lahirnya al-Qaeda dan JI yaitu Afghanistan
dan Pakistan memiliki rating yang cukup tinggi untuk kriminal bertemakan
radikalisme. Rantaian peristiwa bom bunuh diri ataupun pembakaran gedung seakan
menjadi tidak asing lagi. Sebut saja bom yang meledak di distrik Dora (Baghdad)
yang menewaskan setidaknya 12 orang dan membuat 26 lainnya luka-luka. Ataupun
yang terjadi di Islamabad, sebuah bom diri di gedung wisma tamu anggota
parlemen provinsi Punjab, Pakistan Tengah. Bom itu menewaskan 20 orang dan 50
lainnya cedera. Masih di Pakistan, salah satu anggota parlemen juga sempat
mendapat serangan roket dari gerilyawan dan ditambah lagi serangan bom bunuh
diri di kerumunan orang yang saat itu sedang mengadakan penyambutan salah
seorang pemimpin partai di sana.
Berpindah ke negara lain, Irak yang tidak jauh
berseberangan dari Pakistan maupun Afghanistan juga sedang gencar dalam
penangkapan para teroris. Tahun 2010 kemarin 8 tersangka teroris berhasil
diamankan, ditambah lagi Pasukan Keamanan Irak juga berhasil menyita sebuah
gudang senjata di salah satu provinsi di Irak.
Terlepas dari segala tuduhan yang memojokkan Islam
sebagai sumber keradikalan, di India juga terjadi aksi bom yang diindikasikan
dalang utamanya adalah Mossad (Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim atau
Institut Intelijen dan Operasi Khusus). Menurut pihak kepolisian dan kementrian
India, Mossad yang merupakan dinas rahasia Israel diduga kuat menjadi dalang di
balik peristiwa meledaknya 3 bom di Mumbai, India.
Mossad juga diduga bertanggung jawab atas sejumlah operasi
intelijen di dunia, khususnya yang terjadi pada seputar konflik di Timur
Tengah. Operasi Mossad yang paling terkenal adalah ‘False
Flag’, sejenis operasi rahasia untuk menipu publik sedemikian rupa
sehingga operasi tersebut muncul seakan-akan dilakukan oleh bangsa atau
kelompok lain. Pada intinya ‘False Flag’ menciptakan opini umum bahwa
tagetnyalah yang melakukan hal-hal tersebut. Konsep ini bisa dibilang sejenis
adu domba antar bangsa.
Tidak berbeda dengan Somalia,
corak radikalisme di negri ini juga bisa dirasakan. Salah satu contonhnya
penembakan terhadap dua masjid yang berujung tewasnya 6 orang dan mencederai
puluhan orang lainnya. Aksi pembunuhan dengan bom jarak jauh kepada salah
seorang pejabat tinggi yang juga merupakan sufi moderat Somalia juga terjadi di
sini. Lain dari pada itu, di Somalia juga ada organisasi bernama al-Shabaab
yang (menurut publik) diklaim sejalan dengan al-Qaeda dalam ideologi dan
pergerakan.
Sekarang mari kita bersama
mencoba menarik sebuah benang merah yang menjadi kesimpulan dari beberapa
contoh fenomena di atas. Indonesia sekarang memang dipenuhi dengan berbagai
tindak kriminal berindikasikan terorisme yang merupakan bagian dari radikalisme.
Tentunya itu membentuk sebuah stereotip negatif terhadap citra bangsa kita. Berbagai media massa pun
seakan turut mengaimini dan mengukuhkan citra bangsa ini sebagai salah satu
momok dari radikalisme, tetapi acuh terhadap kekacauan yang sebenarnya juga terjadi
di berbagai belahan negara lain.
Seharusnya kita coba menelisik
peranan berbagai pihak yang berusaha memojokkan Indonesia sebagai ikon
radikalisme pada khususnya dan negara-negara Islam pada umumnya. Tidak luput
juga tentang keberadaan jaringan-jaringan khusus yang memang berniat
mengobok-obok dunia Islam seperti Mossad sebagai contohnya. Maka dari itu kita
harus menyaring segala berita yang kita terima.
*Ditulis pada Oktober 2011
No comments:
Post a Comment