Sunday, December 27, 2015

Introspeksi sebagai Solusi Misinterpretasi

Di era yang selalu makin berani ini memang sudah tidak mengherankan jika pemikiran serta pendapat orang pun semakin berani. Berbagai bentuk insprasi yang entah bertujuan untuk kepentingan pribadi atau maslahat bersama berusaha dielu-elukan. Inspirasi yang entah berlandaskan kebenaran atau perspektif pribadi berusaha ditanamkan pada otak-otak golongan tertentu.

Kerancuan dan kekacauan yang  menggrogoti tubuh umat muslim seakan telah mencapai stadium tertinggi dan bahkan telah menjadi tontonan biasa. Kita pasti tahu bahwa penyebab semua itu adalah perbedaan asumsi dari masing-masing orang ataupun ormas yang tentunya mustahil untuk disatukan. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang merupakan musuh Islam guna memecah belah umat.

Diantara sekian banyak ormas Islam, ada diantaranya yang cukup memaksakan pandangan mereka agar diterima masyarakat abangan. Stereotip yang terbentuk akan ormas tersebut bukanlah positif, tapi malah terkesan anarkis. Memang, pada dasarnya mereka memiliki alasan yang mendasari  segala sepak terjangnya. Jika ingin diteliti alasan yang mendasari segala tindak-tanduk tersebut, maka akan ditemukan beberapa hal yang memang menyalahi prosedur yang tertera pada undang-undang pemerintah, akan tetapi dapat ditemukan pula hal-hal yang sebenarnya berpengaruh positif.

Sebenarnya, ormas-ormas ini harus berkolaborasi dengan pemerintah sebagai lembaga yang memiliki hak dan wewenang sepenuhnya dalam mengambil tindakan serta memberlakukan peraturan bagi seluruh warganya. Tidak selayaknya mereka bertindak sendiri. Ketika terjadi kekacauan, maka instruksi pemerintahlah yang menjadi acuan bagi seluruh khalayak yang berada di bawah kekuasaannya. Akan tetapi jika pemerintah ternyata hanya pasif, sudah tentu ormas-ormas yang seharusnya tidak memliki otoritas di dalamnya mengambil alih posisi pemerintah.


Sayangnya, ada segelintir ormas yang berlebihan dalam menindaki kekacauan yang tidak digubris pemerintah ini. Akibatnya banyak kritik pedas yang harus ditelan oleh ormas tersebut. Diantaranya adalah ormas tadi dicap salah dalam menafsirkan konsep amar ma’ruf nahi munkar atau bahkan dianggap terlalu frontal dalam menjalankan visi dan misinya. Salah seorang  anggota Dewan Komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat, Malik Haramain mengkritik cara pandang ormas tersebut. Beliau menganggap mereka selama ini salah sasaran karena lebih banyak turun ke lapangan untuk menindak masyarakat kecil yang dianggap melakukan maksiat, dibanding menekan kepolisian atau pemerintah yang berwenang.

Terkait perkara ini, sudah seharusnya kita mendudukkannya dalam perspektif yang bermacam-macam, diantaranya adalah analisa objektif mengenai ormas tadi. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber,  diketahui bahwa sebelum memulai aksinya, ormas tadi telah melakukan berbagai kegiatan guna menanggulangi kemaksiatan yang ada, seperti mengirim ustadz untuk membimbing masayarakat secara perlahan. Aksi mereka yang dinilai anarkis juga mereka lakukan karena tidak adanya respon aparat setempat setelah mereka mengirim surat laporan.

Memang, sebenarnya aksi ormas-ormas seperti itu sebenarnya dapat mengurangi keresahan rakyat. Pembasmian tempat-tempat terlarang juga dapat mengurangi komunitas buruk yang ada di sekitarnya. Hanya saja dalam praktek lapangannya, mereka justru meresahkan warga sekitar.

Artinya, penegakan syariat seperti yang telah banyak ormas-ormas Indonesia lakukan itu penting adanya. Yang perlu diperbaiki hanya caranya saja, agar tidak keras, membabi buta, bahkan melanggar maqâshid yang justru menjadi jiwa dari syariat itu sendiri. Dengan begitu, streotip negatif yang timbul pada masyarakat bahwa agama ini anarkis akan sirna. Selain cara, prosedur untuk menegakkan kebenaran juga harus benar, bahwa pemerintahlah yang memiliki wewenang dalam menindaklanjuti . Adapun ormas-ormas tadi masih bisa andil dalam menegakkan kebenaran dengan mendesak ataupun menekan pemerintah untuk lebih tegas dalam bertindak, bergerak cepat dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebathilan.

Terakhir yang bisa dikatakan, kita juga perlu introspeksi, pemerintah perlu introspeksi, ormas-ormas perlu introspekasi. Pemerintah harus berbenah terkait dengan kewajiban dan wewenang yang dimikinya, di samping itu pemerintah juga perlu lebih teliti dalam memperhatikan segala kekacauan yang ada dan bergerak cepat dalam mengatasinya. Begitu juga ormas-ormas yang ada, sebaiknya terus meningkatkan kegiatan sosial positif  serta mengembangkan kader-kadernya yang memang mereka bentuk untuk mendalami agama daripada turun langsung ke jalan dengan kekerasan yang dapat berakibat negatif untuk mereka sendiri. Selain itu, ormas-ormas tersebut juga harus ingat bahwa pemerintah merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang. Adapun jika memang mereka ingin segera ada pergerakan, lebih baik mereka cukup menekankannya pada pemerintah agar tercipta keharmonisan dan menghilangkan persengketaan.


 *Ditulis pada September 2012
















No comments:

Post a Comment