Tuesday, December 29, 2015

Distorsi Sejarah

            Merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kejayaan suatu kaum berbanding lurus dengan pengetahuan sejarah yang dimilikinya. Tidak heran jika dalam pidatonya Ir. Soekarno sering mengungkapkan sebuah semboyan yang masih terngiang di benak rakyat Indonesia. “JAS MERAH” singkatan dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, begitu ungkap presiden pertama Republik Indonesia ini.


                Sejarah di Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai 3 makna. Yang pertama berarti asal-usul (keturunan) silsilah; yang kedua berarti kejadian peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; yang ketiga berarti pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari ketiga pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah mempunyai dua point utama yaitu kejadian di masa lampau dan sesuatu yang benar-benar telah terjadi.

                Sejarah memegang peran penting dalam kehidupan. Dia bisa menjadi sumber inspirasi sebuah bangsa berlandaskan suatu hal pada masa lampau mereka sebagaimana bangsa itu juga bisa mengambil pelajaran dari sejarah tersebut akan lembaran hitam yang pernah mereka lalui. Mungkin bisa dikatakan ini merupakan salah satu faktor mengapa sejarah menjadi sebuah kurikulum wajib pada tiap jenjang pendidikan di Indonesia dan berbagai negara lain. Bahkan pada perkembangannya muncul di berbagai belahan dunai fakultas dan jurusan yang khusus menekuni bidang ini.

                Tidak jauh berbeda dengan berbagai hal lain yang berbau validitas suatu informasi, sejarah juga tak luput dari campur tangan orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Peranan dari berbagai pihak seperti politik, golongan, kepentingan, ras, bangsa, bahkan ideologi dan agamapun turut menjadi faktor utama seorang penulis dalam meriwayatkan sejarahnya. Maka dengan ini dapat dikatakan bahwa sejarah itu subjektif. Sejarah akan ditulis dari sudut pandang masing-masing individual dari mereka. Penulisan yang bersifat subjektif itulah yang pada akhirnya membuat kerancuan di berbagai lapisan masyarakat saat ini.

                Dalam bahasa lain bisa dikatakan bahwa penulis sejarahlah yang mengarahkan jalannya sejarah. Mengutip dari perkataan Alex Haley “history is written by the winner” menawarkan kita sebuah kesimpulan pahit yang menyatakan bahwa validitas sejarah tidak akan dapat terungkap dengan mudah. Banyak distorsi atau pembelokan sejarah yang sudah dilakukan sejak awal mula dimulai penulisan sejarah itu sendiri. Memang benar jika sejarah merupakan eksposisi fakta dan realitas masa lalu. Tapi eksposisi itu tidak secara keseluruhan merupakan hasil dari realitas karena pikiran sangat bermain dalam mengungkapkan uraian tersebut.

                Pada era informasi layaknya yang kita alami sekarang, media massa merupakan salah satu alat yang paling bisa diandalkan untuk menyebarkan suatu sejarah. Salah satu yang media yang piawai untuk memegang hal itu adalah tayangan-tayangan film. Para oportunis menjadikannya lahan untuk memanen penyimpangan sejarah agar dunia memahaminya sebagai mana yang ia pahami. Dalam perkara ini George Orwell dalam bukunya ‘1984’ menyatakan “dalam mengontrol kondisi saat ini, kita harus mengontrol masa lalu”.

                Sebuah riset yang kemudian diangkat menjadi berita di koran ternama Inggris ‘Daily Telegraph London’ menyimpulkan bahwa pelajar unversitas kebingungan ketika mendapatkan materi sejarah akibat penyimpangan sejarah di tayangan-tayangan televisi yang mereka tonton selama ini. Padahal jika tayangan di televisi menayangkan fakta yang sebenarnya hal itu akan mempermudah para pelajar untuk meningkatkan pemahamannya hingga 50% lebih baik sebagaimana yang diungkapkan dosen Universitas Saint Louis, Washington D.C.

                Diantara tayangan televisi  yang didapati menyimpang jauh dari fakta yang sebenarnya dan hanya mengusung kepentingan pribadi adalah The Promise Land yang dirilis tahun 1912 dan Rebirth of a Nation keluaran tahun 1932. Kedua film ini memberi asumsi kepada dunia bahwa kaum Yahudi adalah mayoritas penduduk bumi Palestina. Padahal berdasarkan catatan sejarah jumlah mereka pada saat itu tidak lebih dari 8% total populasi rakyat Palestina.

                Tayangan lain yang baru ini muncul dan bahkan menjadi bahan perbincangan banyak orang adalah ‘300’. Film yang sempat naik daun pada masanya tidak lain hanyalah penyimpangan sejarah yang berkaitan Yunani. Dilansir oleh New York Times: “300 adalah film konyol yang hanya memfokuskan penampilan dan visualisasi konfrontasi laskar Yunani dengan pasukan Persia. Namun di dalamnya tidak mengandung sejarah apapun”.

                Tidak jauh berbeda dengan pernyataan yang sudah termaktub di berbagai buku sejarah bahwa orang yang pertama kali menemukan benua Amerika pada waktu itu adalah Colombus. Padahal banyak ditemukan bukti empiris yang mematahkan hal itu dan mengatakan bahwa Islam jauh beberapa abad sebelum Colombus telah menduduki benua tersebut. Disebutkan oleh Doktor Mroueh dalam essaynya bahwa pada masa Abdurrahman III era Umawiyah kaum muslimin berlayar dari Spanyol menuju ke barat menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Mereka baru kembali setelah dinyatakan hilang dengan membawa harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Beliau juga menambahkan ada lebih dari 565 nama kota, sungai, gunung dan lainnya yang diambil dari nama Islam atau dengan akar kata bahasa arab seperti Andalusia, Attilla, Alla, Albany, Alcazar, Almansor, La Habra dan masih banyak yang lainnya.


                Terlalu banyak sejarah yang ditulis bukan atas dasar fakta keseluruhan yang didapatkan oleh sejarawan tersebut. Dan begitulah sejarah selama ini dikuasai orang-orang yang berkepentingan golongan. Menyimpangkan, mengurangi, menambah dan mengada-ada dalam periwayatannya. Memang sejarawan akan memasukkan data yang didapatinya secara selektif. Yang sejalan dengan mereka diambil dan jika sebaliknya sudah pasti tidak akan dia sebutkan bahkan tidak sedikit yang memasukkan pengalaman pribadinya. Maka benar apa yang dikatakan Carl Becker “Fakta sejarah tidak ada kecuali diciptakan oleh sejarawan dan setiap bagian yang diciptakannya itu beberapa bagian dari pengalaman pribadinya pasti masuk”

No comments:

Post a Comment