Wednesday, December 30, 2015

Ma’alimul Manhaj Al-Islami

Judul buku: Ma’âlim al-Manhaj al-Islami
Pengarang: Muhammad Imarah
Penerbit: Dar as-Syuruq
Tahun terbit: 1991
Halaman: 260

Buku ini menelaah permasalahan yang sedang dihadapi para ulama masa ini. Sebuah kekacauan berpikir akibat dari legitimasi pemikiran di berbagai bidang yang tidak mempunyai rambu-rambu panutan. Penulis menyebutkan kalau saja semua merasakan tentang kekacauan tersebut maka itu adalah bukti tentang eksistensi dari kekacauan itu. Hal itulah yang selanjutnya menurut penulis menimbulkan sebuah lahan dan pekerjaan baru untuk membahas perbedaan di dalamnya, penyebab munculnya dan termasuk pula cara untuk mengatasinya.

Meluruskan Simpang Siur Peristiwa Tahkim

Pendahuluan
Perkara tahkim dan shiffein merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi umat muslim. Sebuah lembaran hitam yang termaktub di sejarah daulah keislaman. Terjadi semasa kepemimpinan Amirul Mukimini Ali ra yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari fitnah pertama yang juga sudah diketahui umat ini ulamanya maupun awanya yaitu pembunuhan Khalifah Utsman ra. Pengepungan terhadap beliau yang berujung pembunuhan tanpa diketahui siapa pembunuhnya sehingga menimbulkan kekacauan pada tubuh Islam saat itu.

Kerancuan Teori Time is Money

Lambat tapi pasti, baik secara disadari atau tidak, sebuah teori ataupun asumsi bahwa time is money sudah menjadi prinsip baku kita dalam menghargai waktu. Terlepas bahwa masih ada ribuan slogan lainnya yang mempunyai substansi dan teori senada, yaitu menghargai waktu, slogan time is money lebih ramai dipakai. Mungkin karena susunan katanya yang singkat dan padat, atau bisa jadi karena slogan ini paling relevan untuk diterapkan di era persaingan bisnis pasar bebas. Para pemimpin perusahaan mana yang tidak mengenal slogan ini? Atau bahkan anak SD mana yang masih gagap untuk sekedar melafalkan peribahasa yang tersusun dari 3 kata ini?

Sejarah Munculnya paham Jabariah dan Qodariah Perspektif Ali Sami Nassar

Ali Sami Nassar merupakan salah satu tokoh pemikir Islam yang gagasan-gagasannya mengenai filsafat sangat diperhitungkan dewasa ini. Salah satu master piecenya adalah buku Nasy`ah al-Fikr al-Falsafy fi al-Islam. Cara Sami Nassar dalam menganalisa memang mampu membuat takjub para pembacanyaa. Sebut saja dalam masalah kemunculan paham Jabariah dan Qodariah. Sami Nassar mampu membuat sebuah silsilah runtut bagaimana paham tersebut muncul dan diadopsi oleh pengikut-pengikut setelahnya.

Sebenarnya, permasalahan tentang ada tidaknya kehendak Tuhan dalam perbuatan hamba sudah ada bahkan sejak zaman kekhilafan Umar bin Khattab. Namun, Sami Nassar mendapati bahwa perseteruan kedua paham ini mulai menguat pada masa berdirinya daulah Umawiyah.

Saat Pendidikan Berbalik Menikam

Kepribadian orang serta cara berpikirnya merupakan akumulasi dari berbagai informasi yang ia dapatkan. Artinya, jika kita memberi pasokan informasi A, maka kepribadian yang ia miliki tidak jauh dari A tersebut. Jika kita beri pasokan informasi N, maka lagi-lagi kepribadian yang terbentuk pada  penerima informasi tidak akan jauh dari N itu. Sebenarnya, informasi memang bukan faktor mutlak sebagai pembentuk kepribadian, masih ada lagi faktor-faktor lain. Hanya saja, faktor pembentuk terkuat adalah informasi.

Qodhi Abdul Jabbar dan Posisinya dalam Ranah Keilmuwan Islam

Pada tahun ke-4 Hijriah, dunia Islam memang sedang disibukkan dengan dinamika keilmuan. Atmosfer keilmuan benar-benar menyelimuti daulah Abbasiyah yang sebenarnya pada masa itu sudah tidak sekokoh masa al-Mansur. Huru-hara politik serta kezaliman para penguasa memang menghantui, namun para ulama tetap saja masyuk bahkan tenggelam dalam kecintaan terhadap ilmu.

Tuesday, December 29, 2015

Merasionalkan Hikmah Zakat Ditinjau dari Konsep Public dan Private Goods

Pembicaraan seputar efek zakat dalam perkonomian memang begitu panjang. Hal itu karena sifat dasar dari zakat yang berbeda ketimbang jenis transaksi tabarru’ (donasi) lainnya. Baik itu wakaf, hibah, hadiah, sedekah maupun yang lain, tidak mempunyai sifat khusus yang ada pada zakat, yaitu ilzam (mengikat).

Sebenarnya, dalam konteks konvensional, kita mengenal pajak sebagai jenis kewajiban atas harta pada kepemilikan pribadi. Tapi, bentuk pajak ini sebagaimana kita ketahui hanya bersifat mengikat secara hukum undang-undang. Kalau toh kita tidak membayar, kemudian tidak ada tagihan atas nama kita secara tertulis, artinya kita tidak terkena sanksi atasnya. Lain halnya dengan zakat, ia bersifat mengikat secara agama (diyanatan). Artinya, tanggung jawab kita tidak berhenti pada dimensi yang fana ini, namun mencakup lebih luas lagi, yaitu sebuah pertanggungjawaban kepadaNya di akhirat nanti.

Konsep Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah Di Atas Bumi

Agama islam dengan asas ketauhidan yang menjadi prinsip hidup setiap pemeluknya menjadikannya berbeda dengan agama lain. Dampak yang cukup bisa kita rasakan pada realita kehiudapan ini adalah sekelompok pemeluk agama yang malah menuhankan manusia. Di belahan dari dunia dengan jelas kita menemukan sekelompok pemeluk agama yang menganggap manusia itu sesuatu yang hina, menyiksa diri mereka yang berwujud manusia dengan harapan pelepasan diri dari dunia yang fana.

Distorsi Sejarah

            Merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kejayaan suatu kaum berbanding lurus dengan pengetahuan sejarah yang dimilikinya. Tidak heran jika dalam pidatonya Ir. Soekarno sering mengungkapkan sebuah semboyan yang masih terngiang di benak rakyat Indonesia. “JAS MERAH” singkatan dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, begitu ungkap presiden pertama Republik Indonesia ini.

Amerika Shutdown

Awal Oktober kemarin hampir seluruh media masa memberitakan tentang problematika anggaran di As serta dampaknya terhadap pemerintahan negeri Paman Sam tersebut. Saat itu, Kongres gagal menyepakati anggaran yang diperlukan untuk operasi pemerintahan yang menyebabkan penutupan pemerintahan alias government shutdown.

Shutdown di Amerika saat ini bukan pertama kalinya terjadi. Amerika sudah 17 kali menutup pemerintahannya sejak tahun 1976. Dari sekian kali shutdown, tempo yang paling lama adalah tahun 1995 lalu pada masa pemerintah Clinton, yaitu 21 hari. Masa pemerintahan sebelum Clinton lebih parah lagi. Ketika Ronald Reagan memimpin Amerika, pemerintahan bahkan sempat shutdown hingga 8 kali.

Salah Kaprah Budaya Hutang

Lumrah memang kalau terkadang kemampuan finansial kita tidak berbanding lurus dengan kebutuhan. Jalan pintas paling mudah yang biasanya ditempuh untuk memenuhi kebutuhan finansial tersebut adalah dengan berutang. Mulanya, kegiatan utang-piutang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tak heran, itu karenga utang dulu dianggap aib.

Lain dulu, lain sekarang. Paradigma utang adalah aib kini sudah tidak ngetren. Utang bukan lagi hal yang tabu. Kapanpun seseorang mendapati dirinya sedang terbelit masalah finansial, maka dengan segera meneguk obat bernama utang. Sebenarnya, utang sekarang ini tidak layak disamakan dengan aspirin yang memang bekerja untuk menghilangkan rasa sakit. Utang dewasa ini lebih mirip candu yang membuat si pemakai ketagihan. Jadi, bukan pemakai yang meminta untuk mengkonsumsi obat ini, tapi efek dari obat inilah yang membuat pemakai tidak bisa lepas darinya. Mengenai candu ini, majalah The Economist mempunyai peribahasa yang menarik: Debt is as powerful a drug as alcohol and nicotine.

Problematika Zakat Hasil Bumi dalam Konteks Indonesia (Hasil Muktamar Fikih Kontekstual PCINU Mesir)

Zakat yang salah satu tujuannya adalah perataan kesejahteraan ternyata tidak begitu terlihat signifikan pada konteks Indonesia. Pasalnya, mayoritas warga Indonesia adalah penganut mazhab Syafi’i yang notabene berpendapat bahwa zakat pertanian hanya wajib pada makanan pokok saja. Padahal,kebanyakan dari para petani tanaman-tanaman pokok di Indonesia masuk dalam kategori menengah ke bawah.Bahkan, tidak jarang dari mereka yang masih berada pada garis kemiskinan. Kondisi ini tentunya terlihat timpang ketika dibandingkan dengan para pengusaha perkebunan besar yang termasuk dalam kelompok masyarakat menengah ke atas. Mereka tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat hasil panennya padahal penghasilan mereka lebih besar ketimbang para petani tanaman pokok.

Sunday, December 27, 2015

Kontradiksi Laju Moneter dan Kemerosotan Kesejahteraan

Pada dasarnya, tingkat kesejahteraan akan selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika ekonomi suatu daerah maju, maka kesejahteraan warga yang masuk dalam teritorial daerah tersebut niscaya akan maju juga. Sebaliknya, jika kemajuan ekonomi terhambat, nampaknya akan susah untuk membayangkan tingkat kesejahteraan daerah tersebut.

Hanya saja, rumusan di atas nampaknya sudah usang dan tidak bisa diterapkan lagi dalam konteks kehidupan saat ini. Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada, yaitu problem kemiskinan yang gagal diatasi di saat perkonomian mampu bertahan atau bahkan meningkat. Contoh yang ada di Indonesia adalah nasib yang menimpa daerah-daerah penghasil minyak atau sumber daya alam potensial lainnya.

Kapitalisme dan Ekonomi Syariah

Krisis keuangan khususnya pada tahun 2008 melanda di mana-mana, tak pelak negara-negara besar Eropa pun terciprat pengaruhnya. Mayoritas suara memojokkan sistem kapitalisme sebagai batu sandung dari ekonomi dunia waktu itu. Kapitalisme sebenarnya secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu capital yang berarti modal. Sedangkan isme merujuk pada ajaran atau paham. Jadi arti kasar dari kapitalisme adalah paham tentang modal, atau menjadi tolak ukur segala sesuatu adalah uang.

Refleksi Ekonomi Digital pada Realita Pasar

Bentuk masyarakat selalu berkembang sejalan dengan kebutuhannya. Model interaksi yang dulunya bercorak tribalisme dengan ciri keterbatasan lingkup pada suku tertentu kini semakin meluas. Kebutuhan manusia yang makin kompleks membuat interaksi itu semakin melebar lagi, melewati batas-batas kesukuan yang akhirnya sampai pada berdirinya negara-negara berdaulat yang mewakili corak khusus pada tradisi rakyatnya.

Islam dan Maslahat Publik; Menambal Lubang Kemiskinan Sosial

Al Insânu madaniyyun bit-thob’i (manusia adalah makhluk sosial) merupakan kata yang sudah tidak asing lagi untuk didengar oleh telinga. Bahkan jauh ketika seseorang baru duduk di bangku SD, guru-guru mereka terus menekankan hal ini yang tujuannya tidak lain untuk menanamkan sifat simpati antar sesama dan membuang jauh-jauh rasa egois. Membenamkan di alam bawah sadar mereka bahwa hidup ini bersifat heterogen, yaitu kumpulan dari sekian banyak manusia dengan sifat yang berbeda.

Ekonomi Fiktif

Secara kasat mata kita memang melihat bahwa jumlah masyarakat yang masuk dalam golongan kelas menengah semakin bertambah. Sejatinya, finansial mereka hanya ditopang pada gelembung ekonomi (bubble economic) sebagai akibat dari arus kapitalis yang tidak terbendung. Ideologi materialis yang mereka bawa dengan menghalalkan segala cara justru menimbulkan ketimpangan pada kestabilan ekonomi. 80% uang yang ada di dunia hanya berputar pada ‘dunia maya’ dan tidak pernah ada wujudnya pada kehidupan nyata. Hal inilah yang terus dipermainkan oleh para eksekutif ekonomi, mereka menyuguhkan gambaran bahwa dunia makin mapan, padahal hakikatnya hanya fiktif belaka.

Titel

Si Jangkung, begitu mungkin orang akan menjuluki sosok dengan perawakan tinggi. Kalau suatu saat anda bertemu dengan orang bermodel rambut bak lambang partai yang saat ini diketuai Ical, seketika anda ingin menamainya Si Kribo. Bahkan, orang yang tugasnya menjaga sekolah juga mempunyai julukan sendiri. Biasanya, mereka ini dijuluki Pak Bon yang diambil dari istilah tukang kebun sekolah.

Baik jangkung, kribo maupun tukang kebun merupakan julukan yang disematkan berdasar sifat paling mencolok dari si penyandang gelar.

Introspeksi sebagai Solusi Misinterpretasi

Di era yang selalu makin berani ini memang sudah tidak mengherankan jika pemikiran serta pendapat orang pun semakin berani. Berbagai bentuk insprasi yang entah bertujuan untuk kepentingan pribadi atau maslahat bersama berusaha dielu-elukan. Inspirasi yang entah berlandaskan kebenaran atau perspektif pribadi berusaha ditanamkan pada otak-otak golongan tertentu.

Fenomena Jihad dan Radikalisme Timur Tengah

                Pagi itu dua Menara Kembar yang berdiri kokoh di New York City nampak biasa-biasa saja. Sejumlah kegiatan finansial yang berjalan di dalamnya juga tidak mengalami kendala apapun selain persoalan yang memang sudah menjadi santapan orang yang berkecimpung di dalamnya. WTC yang merupakan kepanjangan dari World Trade Center itu terletak di jantung pusat distrik finansial dari Amerika. Tentunya sangat tepat jika beberapa orang mengklaim bahwa ia merupakan salah satu ikon Amerika di bidang perdagangan.

Perniagaan yang Tidak Akan Rugi

Pada tahun 1997 kemarin kondisi ekonomi beberapa negara Asia sangat terpuruk, tak terkecuali Indonesia. Meskipun diperkirakan mampu bertahan dari krisis yang bermula dari terkoreksinya perkonomian Thailand, akhirnya Indonesia harus bertekuk lutut dan menengadahkan tangan kepada IMF. Paket bantuan sebesar 23 miliar pun datang dari IMF, tapi tentunya bukan semata-mata paket bantuan, melainkan juga dengan beberapa saran yang direkomendasikan untuk memulihkan perkonomian Indonesia.

Menuju Indonesia Berdaulat dengan Label Negara Agraris

Rangkuman:
Tidak perlu mengekor negara lain untuk sukses. Indonesia dengan anugerah alamnya yang kaya mampu menjadi negara adidaya. Menggali ulang potensi Indonesia, sebuah negara dengan desain alam yang kaya serta potensial agraris yang sempurna akan menyadarkan kita bahwa kita bisa mandiri pada sektor pertanian. Paradigma inilah yang harus kita tanamkan, bukan memaksakan paradigma negara industri yang membuat Indonesia berjalan kembali ke belakang.
************

Taktik Lolos Tes Azhar (2)

Saya tidak menyangka kalau tulisan seputar taktik lolos tes ini bakal panjang. Baru dua poin tersampaikan, tetapi sudah menghabiskan dua lembar halaman A4. Untuk poin selanjutnya, semoga tidak terlalu panjang.

1.         Membuat rangkuman
Cara ini sebenarnya tidak relevan untuk diterapkan pada semua fakultas, terlebih pada semua orang. Maka, saya sedang berbincang kepada mereka yang tidak bisa lepas dari rangkuman atau memberi arahan kepada mereka yang kurang bergairah untuk merangkum.

Taktik Lolos Tes Azhar (1)

Saat ini saya sedang tidak ingin buih-buih pikiran di dalam otak ini hilang begitu saja. Diombang-ambingkan ombak untuk kemudian terlantar di daratan entah berantah kemudian menguap bersama sengatan terik mentari. Maka dari itu, sekiranya ada suatu hal yang sekiranya bisa diambil manfaatnya oleh orang lain, maka jari ini tidak sabar beradu dengan keyboard laptop. Maka dari itu, saya tuliskan saja hal yang mungkin sebagian orang hanya remeh-temeh, tentang taktik lolos tes.

HDD External Tidak Terbaca di Disk Management

Jika suatu saat rumah anda disantroni maling lalu mengambil dua benda yaitu uang sebesar 25 juta dan hardisk 1 tera yang sudah terisi setengah degan data penting, maka mana yang anda ikhlaskan? Saya pribadi akan mengikhlaskan yang pertama ketimbang yang kedua. Harga data lebih mahal jika dibandingkan nominal yang saya sebut di atas. Faktor lain, sampai saat ini saya belum punya uang dengan nominal tersebut. Hahaa,,

Logika Demonstran

Ramai sekali kondisi Mesir akhir-akhir ini, tepatnya setelah presiden terpilih pertama Negara Mesir diturunkan. Perpecahan besar terjadi di tubuh warga Mesir. Kerusuhan yang pada awalnya hanya berada pada ranah politik semakin menjalar ke mana-mana, tidak terkendali. Tidak terkecuali, sektor pendidikan harus terseret dalam kubangan konflik ini. Perkaranya semakin memuncak mendekati hari-hari ujian. Aksi demo “damai” dilancarkan untuk mengundurkan ujian. Dari informasi yang saya dapat, salah satu tuntutan mereka adalah agar kawan-kawan mereka yang diciduk dalam aksi demo “damai” bisa kembali ke bangku perkuliahan untuk bersama-sama menjalani ujian.

Saturday, December 26, 2015

Tunas Bangsa Merekah di Negeri Samurai

Jika anda termasuk orang yang suka usil semasa muda dengan membongkar-bongkar radio atau sejenisnya, nampaknya anda cocok menjadi seorang ilmuwan. Hal itu seperti yang banyak diungkapkan oleh para penemu, baik dari tingkat SMP, SMU bahkan hingga seorang profesor. Termasuk juga Dr. Khoirul Anwar, penemu sekaligus pemilik atas dua hak paten yang merupakan cikal bakal teknologi 4G.

Hak paten pertama beliau adalah pengurangan daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Lazimnya, pengurangan daya transmisi akan mengakibatkan penurunan kecepatan pengiriman data, tapi Dr. Khoirul Anwar mematahkan asumsi tadi. Beliau beserta timnya mampu menurunkan daya transmisi hingga seratus ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan.

Hingga Kapan Kita Menghujat (Sejarah) Kartini?

Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Demikianlah sepotong lagu yang diciptakan oleh WR. Supratman untuk menggambarkan seorang Kartini sebagai figur emansipasi wanita Indonesia. Wanita berdarah Jawa kelahiran 21 April 1879 ini telah menjadi ikon bangsa selama puluhan tahun dalam hal emansipasi wanita. Bermula dari surat-suratnya yang kemudian dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Kartini dianggap pelopor kaum wanita Indonesia dalam menyampaikan aspirasi mereka yang selama masa penjajahan terpendam.

Merekonstruksi Gaya Hidup Konsumtif

Tanpa harus menyebutkan hasil riset dari Nielsen yang mendapati pola konsumsi bangsa Indonesia tertinggi di dunia, kita sudah tahu bahwa bangsa kita ini konsumtif. Perilaku konsumtif ini semakin sempurna ditambah dengan hasil riset Boston Consulting Group yang mengatakan daya beli warga Indonesia semakin tinggi.

Membenahi Sistem Hukum

Kalau para koruptor masih saja berkeliaran, salah satu hal yang dipertanyakan adalah sejauh mana hukum Negara ini bisa mempersempit ruang gerak mereka. Jika kejahatan masih merajalela, maka tanyakan bagaimana sistem hukum negara ini bekerja.

Antara sistem hukum dan tingkat keamanan negara bisa dikatakan berbanding lurus. Kuatnya keamanan nasional merupakan salah satu indikator dari sedikitnya jumlah tindak kejahatan. Adapun untuk mereduksi tindak kejahatan, diperlukan sistem hukum yang kuat.

More Learn, More Forget

Kita sedang membicarakan pepatah usang, tapi tak jarang orang merasa terombang-ambing dengan logika sederhananya. Iya, sederhana memang. Tapi karena disusun dari fakta empiris, maka kebanyakan orang tidak ingin beradu argumen di sini, hanya mengangguk dan mengamininya. Pepatah itu adalah judul yang penulis pakai di atas “more learn, more forget”.

Merangkai Puzzle Figur Rasulullah via Sukarno (1)

Tentu saja sangat tidak pantas menyandingkan sayyidul basyar Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dengan sekedar tokoh revolusionis. Yang pertama adalah orang yang dipilih oleh-Nya dari seluruh makhluk ciptaan, manusia dengan akhlah sempurna, suri tauladan bagi semua yang ada di muka bumi. Adapun yang ke dua tidak lain hanya sebatas tokoh yang membawa bangsa dengan status terjajah selama tiga setengah abad bisa menghirup hawa kemerdekaan. Tidak perlu juga penulis menyitir ibarat yang mengatakan perbedaan antara keduanya bak langit dan bumi, karena jarak langit dan bumi masih tidak cukup untuk menggambarkan perbedaan mereka berdua.

Arsitek Pendidikan Akhlak

Al-Mu’allim ats-Tsâlits, begitulah julukan salah satu penggagas filsafat akhlak ini. Pemikirannya yang fantastis dalam bidang filsafat membuat para ilmuwan yang datang setelahnya menyandingkan sosok Ibnu Miskawaih dalam deretan filusuf Islam terkemuka setelah al-Kindi dan al-Farabi. Ciri khusus dari filsafat beliau adalah korelasi serta penekanannya pada aspek akhlak. Melalui metodologi pembahasannya yang sangat sistematis, Miskawaih mampu mengurai konsep jiwa yang kemudian dikembangkan hingga konsep akhlak dan pendidikan.

Hegemoni Peradaban

Kemajemukan kehidupan  manusia membuat satu sama lain terikat atas kebutuhan tertentu. Para filsuf membahasakannya dengan kalimat manusia adalah makhluk sosial. Atas interaksi satu sama lain ini, terbentuklah entitas-entitas tertentu yang disatukan oleh bermacam-macam sudut persamaan.

Entitas tersebut dalam wacana kontemporer memiliki berbagai macam bentuk. Ada yang berbentuk kelompok kecil di pedesaan, ada yang berbentuk serikat kerja, kelompok hobi, kepentingan politik, budaya, hingga ideologi. Masing-masing berangkat dari titik persamaan yang berbeda. Jika yang pertama berdasarkan kesamaan kebutuhan, yang kedua berdasarkan kesamaan pekerjaan, selanjutnya hobi, dan seterusnya. Dalam skala makro, berbagai kelompok tadi mempunyai entitas yang lebih universal, terangkum dalam suatu peradaban.

Bangkitkan Integritas Warga, Jerman Usung Toleransi Beragama

Di tengah maraknya fobia akan Islam, populasi muslim di Jerman justru semakin meningkat. Sebelumnya, pertumbuhan Islam yang pesat di Jerman sempat digugat secara terang-terangan oleh Menteri Dalam Negeri Jerman, Hans Peter Friedrich. Namun, tidak lama setelah itu, Presiden Jerman, Christian Wulff menolak asusmi tersebut dengan pernyataannya bahwa Islam sekarang sudah menjadi bagian dari Jerman. Hal senada diungkapkan oleh Menteri Keuangan Jerman, Wolfgan Schauble. Wolfgan juga memberi peringatan agar tidak terjadi diskrimanasi antar warga Jerman Muslim dan non-Muslim.

Keterlambatan yang Terjadwalkan (#Temus 10)

“Biasanya kereta terlambat dua jam cerita lama” – Iwan Fals (Kereta Tiba Pukul Berapa)


Menunggu itu membosankan. Menunggu itu tidak menyenangkan . Di sisi lain, mereka yang terlambat juga patut disalahkan, kecuali ada alasan-alasan yang bisa diterima. Jadi mereka yang terlambat itu tidak mutlak salah. Problemnya adalah sering kali orang yang menunggu ini keburu naik pitam, menutup telinga dari semua alasan. Fakta ini berlaku bagi semua orang, termasuk Masisir.

Bekal Untuk Para Calon Tamu Tanah Haram (#Temus 09)

Bulan Rajab merupakan bulan penuh berkah sekaligus mendebarkan bagi masisir tingkat empat ke atas. Ada harap, cemas, ada doa, sujud, ada usaha-usaha, ada tangis bahagia, ada penentuan siapakah yang berhak mendapat kesempatan emas pergi ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam ke-5 sekaligus mengabdi bagi para tamu Allah yang mulia.

Siapakah yang beruntung? Prosedur apa yang harus dilalui? Kelengkapan berkas bagaimana yang dibutuhkan? Persyaratan apa saja yang perlu dilakukan untuk bisa mendaftar?

Lumbung Padi (?) (#Temus-08)

Dalam pemahaman masisir, mendapat jatah temus adalah kesempatan besar untuk bisa banyak beribadah. Berkunjung ke haram untuk iktikaf, umroh beberapa kali, melakukan thawaf sunah, hingga berkunjung ke tempat para masyayikh yang berdomisili di Saudi dan yang paling penting, kesempatan untuk menunaikan haji.

Tidak berbeda dengan masisir pada umumnya, gambaran di atas diamini begitu saja oleh otak saya yang masih polos. Saya pun berangan-angan bahwa nantinya bisa puas beribadah karena masa tugas yang cukup lama, dua sampai dua setengah bulan.

Thursday, December 24, 2015

Urusan Nyawa (#Temus 03)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu secara tiba-tiba, akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama serta mengambil ilmu yang ada bersamanya.Mereka (orang awam) bertanya-tanya, maka mereka menjawab dengan logika pikiran mereka. Mereka itu sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari)

Saat ini saya memang sudah punya beberapa konsep untuk ditulis, tetapi semua terpaksa saya tunda. Faktor paling utama adalah waktu yang sama sekali tidak mendukung. Mungkin saya ceritakan di bagian lain dari kumpulan catatan temus kali ini. Hanya saja, saat ini saya paksakan menulis di tengah penyambutan kedatangan jamaah haji kloter enam embarkasi Balikpapan.

Yang Tidak Sirna (#Temus 02)

“Bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah; jika ia baik keadaannya, maka baik pulalah seluruh tubuh, dan apabila buruk keadaannya, maka buruk pulalah seluruh tubuh. Segumpal darah tersebut adalah hati.” (HR. Bukhari)

Atlet dalam cabang olahraga apapun pasti dituntut mempunyai fisik kuat. Dalam sepak bola misalnya, para pemain yang sudah berumur biasanya lebih sering ditarik ke bangku cadangan setelah beberapa menit merumput. Mereka yang tidak mempunyai fisik kuat cenderung tidak focus. Tendangan mereka akan lebih sering melebar ke penonton ketimbang menuju kiper. Passing mereka malah menuju wasit.

Bandara Hikmah (#Temus 01)

Kairo, 12 September 2014

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (23:115)

Jika pekerjaan paling membosankan adalah menunggu, maka yang membosankan serta merisaukan adalah menunggu hal yang tidak pasti. Kaidahnya, orang-orang akan mengisi kekosongan saat menunggu dengan melatih ketangkasan otak mengeja nama beberapa hewan yang pengurus kebun binatang pun enggan memperhatikannya. Mereka yang menunggu hal tidak pasti? Ah, tentunya permainan ketangkasan mereka lebih menarik lagi.

Menjemput Takdir (2)

“Haji itu panggilan Tuhan, bukan panggilan kekeluargaan.”

Begitu kira-kira semboyan yang lantang disuarakan Mahasiswa Mesir Indonesia (Masisir) yang berkeinginan mendapat kesempatan Haji dengan biaya pemerintah (temus). Kekeluargaan adalah organisasi kedaerahan Masisir yang jika kita aktif di dalamnya semakin membuka kesempatan untuk mendapat temus. Maklum, kesempatan haji ini diperoleh dengan cara undian dengan kemungkinan menang yang kecil.

Menjemput Takdir (1)

Kapan pertolongan Allah datang? Tidak pasti. Bisa di awal, di pertengahan, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa pertolongan tersebut baru datang di akhir. Kemungkinan ketiga inilah yang justru menurut saya sering disinggung secara tersirat dalam Alquran dan Hadis. Misalnya saja pada surah Al-Baqarah 214:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Perihal di Luar Logika

Manusia modern semakin sulit mempercayai hal metafisik. Sistem berpikir seperti ini masuk dalam berbagai ranah, termasuk dalam epistemologi. Maka dari itu, konsep yang disebut ilmu laduni merupakan hal absurd yang susah diamini. Orang yang sudah paham pun kadang masih meraba bagaimana bentuk fisik dari ilmu laduni tersebut.

Saya pribadi masuk dalam tipikal yang hanya mengamini tanpa bisa memberi bukti konkrit jika ditanya. Namun, baru kemarin ini saya meminjam buku menarik dari kawan Maroko. Pengarangnya adalah dosen di Universitas Wollongong Australia, Dr. Nadirsyah Hosen dan pakar neurosains, dr. Nurussyariah. Buku yang bertutur tentang nilai saintifis Alquran ditinjau dari pelbagai fungsi neuron ini mencantumkan salah satu kisah menarik tentang rumah laba-laba yang disinggung dalam surah Al-Ankabut. Dari penelitiannya itu, saya menarik sebuah kesimpulan tentang ilmu laduni.

Ibu

sinar itu surutkan resahku
bungkam ksepian yang terpendam
uraikan rintih yang ku simpan
.

Ukiran Sebuah Senyum

Sengaja kusimpan tanpa cacat
Walau ku tau, hal itu kan menjadikan ku berkarat
Tak secerah kemarin
Tak seindah yang mereka bicarakan

Tak Terhentikan

sang pena terus saja bernyanyi
di atas kertas putih yang menghitam
melantunkan nada lamban namun tegas
damai namun menghujam

Di Sini Mulanya

“Di mana ini?”
“Entahlah. Gelap!”
“Sudah, nyalakan saja obornya. Toh kamu juga bilang sendiri kalo di sini lebih nyaman ketimbang berkeliaran di luar sana. Terlalu banyak binatang buas yang belum juga kamu sempat menjinakkannya, taring mereka sudah berhasil mengoyak tubuh kurusmu.”

Menulis memang hal baru bagi saya. Maklum, selama hampir enam tahun saya hanya mengenal kuas, pensil warna, kaleng cat dan kanvas. Bahkan dalam tempo yang lama itu benda-benda tersebut masih saja belum akrab denganku. Entah aku yang menjaga jarak dengan mereka, atau mereka yang risih jika jari-jari kaku ini menyentuh mereka. “Terlalu kaku! Dingin, tanpa perasaan!” begitu mereka menghardik ketika berpapasan denganku di dalam mimpi. Suaranya tidak keras memang. Tapi telingaku tidak cukup tuli untuk tidak mendengarnya.